Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai fisik,
psikologis, biologis, kultural dan spiritual yang baik. Dalam hal ini dunia
medis berperan aktif dalam meningkatkan mutu dan kualitas kesehatan masyarakat.
Meningkatkan dan memelihara pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas,
terjangkau dan merata adalah salah satu misi yang harus dicapai untuk
mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 (Pusdiknakes, 2000).1 Kesehatan
dapat dipandang suatu hal yang sepele tetapi dibalik itu semua ternyata
kesehatan adalah hal utama atau yang terpenting dari segala aspek, dapat
dibuktikan apabila seseorang sakit ringan ataupun berat maka semua aktivitasnya
akan terganggu. Oleh karena itu, memelihara kesehatan itu penting dan merawat
diri saat sakit itu perlu. Bagaimanapun juga sakit ringan apabia dibiarkan dan
tidak diobati juga akan menjadi lebih parah.
Pengobatannya juga harus bisa memilih pengobatan yang baik
dan cocok agar tidak menimbulkan efek samping yang berlebihan pada tubuh
seseorang. Saat ini banyak pengobatan – pengobatan dengan menggunakan obat
herbal, cara tradisional, maupun pengobatan secara modern. Dalam hal ini saya
mengambil sampel tentang adanya penyakit demam dengan pengobatan secara
konvensional dan non konvensional. Pengobatan konvensional adalah pengobatan
yang dilakukan dengan menggunakan cara – cara lama atau tradisional sedangkan
pengobatan non konvensional adalah pengobatan dengan menggunakan cara – cara
baru atau cara modern. Pada zaman dahulu banyak orang tua yang mengobati
anaknya apabila sakit demam dengan cara menggunakan kain lap yang dibasahi air
dingin atau air es (kompres dingin) untuk mengompres anaknya, hal tersebut juga
sebelumnya dianjurkan oleh tenaga medis. Akan tetapi beberapa tahun belakangan
ini mulai muncul anjuran dari dunia medis dengan menggunakan kain lap yang
dibasahi air hangat atau panas (kompres panas). Hal ini tidak seolah – olah
menyalahkan pengobatan dengan kompres dingin, karena semuanya berawal dengan
adanya perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia medis.
Secara khususnya saya akan membahas tentang pengobatan demam secara
konvensional dan non konvensional dengan menggunakan kompres dingin dan kompres
hangat tersebut.
1. Pengertian
Demam
Suhu tubuh merupakan
panas yang dihasilkan oleh tubuh dan diatur oleh suatu pusat di dalam
hipotalamus dari otak. (Bouwhuizen
M, 1986). Suhu tubuh manusia dikatakan rendah apabila kurang dari 35o
C, dan dapat dikatakan normal apabila mencapai 36,5o C – 37,5o
C, serta apabila berkisar antara 37,5o C dan 38o C maka
dapat dikatakan suhu tubuhnya mengalami kenaikan (suhu tubuh subfebril), sedangkan
demam adalah suatu kondisi dimana
suhu tubuh menunjukkan derajat yang lebih tinggi dari suhu tubuh normal yaitu
lebih dari 38o C.2 Penderita demam biasanya merasakan
ketidak nyamanan dan menggigil di sekujur tubuhnya, kepala terasa nyeri, nafsu
makan berkurang, dan merasa gelisah karena tidak tahan dengan suhu tubuhnya
yang tinggi. Demam merupakan penyakit yang sepele tetapi apabila tidak ditindak
lanjuti maka dapat berbahaya bahkan dapat merenggut nyawa penderita. Demam
biasanya lebih didominasi pada usia anak – anak, sehingga orangtua harus
tanggap dengan suhu tubuh anaknya.
2. Penyebab Demam
Pada umumnya demam diderita oleh balita dan anak - anak
namun tidak menutup kemungkinan bahwa demam juga diderita oleh orang dewasa
bahkan lansia sekalipun. Dengan tidak disadari demam yang merupakan risiko
kegagalan dalam menjaga temperature tubuh dapat disebabkan oleh banyak factor yaitu
dengan adanya perubahan rata – rata metabolic, dehidrasi yang memuncak,
lingkungan yang dingin maupun panas (ekstrim), sakit yang mempengaruhi regulasi
dari temperature, ketidak aktifan seseorang, ketidak cocokan antara baju yang
dikenakan dengan temperature lingkungan, pengobatan yang menyebabkan vasokontriksi,
pengaruh obat tidur, dan luka yang mempengaruhi temperature tubuh serta
aktivitas yang giat yang menyebabkan tubuh kelelahan (Craft Martha dan Smith
Kelly, 2010).3 Selain factor – factor tersebut masih ada factor lain
yang menyebabkan demam yaitu pengaruh umur dan berat badan seseorang. Usia anak
– anak adalah usia yang sangat rentan dengan adanya demam.
3. Tipe Demam
Demam dapat dibedakan menjadi beberapa tipe demam yaitu
(Huda Nurarif Amin dan Kusuma Hardhi, 2013) :
a.
Demam
Septik
Pada
tipe ini disertai dengan tubuh yang menggigil dan berkeringat. Suhu badan naik
tinggi sekali dimalam hari dan turun diatas normal pada pagi hari. Demam yang
mulanya tinggi lalu turun ketingkat normal disebut demam hektik.
b.
Demam
Remiten
Pada
tipe ini suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak akan pernah mencapai
suhu tubuh yang normal.
c.
Demam
Intermiten
Demam
tipe ini suhu badan dapat turun mencapai suhu normal selama beberapa jam dalam
sehari. Jika demam yang seperti ini terjadi dua hari sekali maka disebut
tersiana dan jika terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
d.
Demam
kontinyu
Demam
kontinyu memberikan variasi suhu sepanjang hari yang perubahan suhunya tidak
lebih dari satu derajat. Apabila demam terus menerus tinggi disebut
hiperpireksia.
e.
Demam
Siklik
Demam
siklik mengalami kenaikan suhu tubuh dalam selang waktu beberapa hari dan
diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang pada waktu
selanjutnya diikuti oleh kenaikan suhu yang normal seperti suhu semula.4
4. Pengobatan Demam
Secara umum pengobatan demam dapat dilakukan dengan banyak
cara mulai dari membuat ramuan – ramuan sendiri dengan bahan – bahan alami
ataupun rempah – rempah, pembelian obat herbal secara langsung, obat apotek
maupun obat warung, dan bisa juga pemeriksaan ke dokter atau puskesmas serta
pengobatan yang lebih praktis yaitu dengan menggunakan kompres. Meskipun banyak
obat – obat instan di dunia luar tetapi kompres adalah cara terbaik karena
dilihat dari segi efeknya obat – obatan instan menimbulkan berbagai macam efek
mulai dari kantuk, dosis yang terlalu tinggi, kerusakan organ dalam apabila
sering dikonsumsi bahkan menimbulkan ketergantungan dan alergi. Selain itu efek
kesembuhan yang diberikan juga dalam jangka waktu yang lama bahkan terkadang
tidak berefek sama sekali. Sedangkan kompres selain dengan kepraktisan dalam
pengobatnnya kompres bisa diterapkan dengan menggunakan alat yang mudah dicari
juga memberikan pengaruh sedikit demi sedikit yang akhirnya dapat menyembuhkan
penderita dengan lebih efisien dan lebih cepat. Kompres ada dua macam yaitu
kompres dingin dan kompres hangat. Kedua macam kompres tersebut mempunyai
keefektifan yang berbeda.
a.
Kompres Dingin
Kompres dingin merupakan pengobatan konvensional atau
pengobatan dengan cara lama yang diberikan (ditempel) pada bagian dahi
penderita demam. Sedangkan kompres dingin adalah suatu keadaan yang memberikan
rasa atau suhu dingin di daerah tersebut kepada penderita. Selain ditempel pada
dahi kompres dingin dapat diletakkan diketiak atupun tempat – tempat tertentu
yang dapat menjangkau suhu tubuh dengan baik.
Kompres dingin bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh,
mencegah perluasan infeksi, mengurangi perasaan nyeri dan pendarahan
(Bouwhuizen M, 1986).5 Dengan pemberian suhu dingin maka pembuluh
darah akan menyempit dalam keadaan yang semula sehingga darah yang mengalir
pada daerah yang terkena air es tersebut akan menurun (Bouwhuizen M, 1986).5
Beberapa tahun yang lalu mayoritas masyarakat menggunakan
pengobatan kompres dingin dengan cara memasukkan air dingin atau air bongkahan
es ke dalam baskom lalu dengan memakai sarung tangan pengusap badan atau kain
tipis dicelupkan kedalam baskom berisi air es tersebut hingga basah tetapi
tidak boleh terlalu basah hingga menetes dan ditempelkan didahi penderita
(Bouwhuizen M 1986).5 Proses ini dilakukan secara berulang – ulang
dan apabila sarung tangan pengusap badan sudah mulai sedikit mengering maka
ulangi proses yang awal lagi hingga suhu tubuh mulai menurun. Pada penggunaan
kompres dingin sebaiknya tidak dilakukan lebih dari satu jam agar jaringannya
tetap terjaga seperti semula. Kompres dingin dapat memberikan beberapa efek
pada tubuh yaitu adanya penyempitan pembuluh darah (vasokontriksi), mengurangi
rasa nyeri, mengurangi rasa gatal, meredakan inflamasi dengan fase
vasokontriksi, memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa,
serta dapat menurunkan permeabilitas kapiler dan metabolisme seluler (R Hegner
Barbara dan Caldwell Esther, 1992).6
Menurut saya cara ini memang cara terpraktis pada zaman
dahulu dibandingkan dengan obat – obat herbal atau ramuan buatan sendiri yang
prosesnya lama dan perlu banyak tahapan untuk membuatnya. Akan tetapi saya juga kurang setuju dengan
penggunaan kompres dingin pada penderita demam karena didalam
tubuh kita ternyata ada yang namanya pusat pengatur suhu (thermoregulator) yang
dapat mengatur suhu tubuh kita. Cara kerjanya, ketika suhu di sekitar
tubuh kita dingin maka pusat pengatur suhu akan menangkap sinyal ini kemudian
menaikkan suhu tubuh kita untuk
mengimbangi, jadi tubuh kita terasa hangat. Dan jika kita mengkompres dengan
air dingin, yang terjadi adalah air dingin membuat suhu di sekitar dingin
sehingga pusat pengatur suhu akan menaikkan suhu tubuh kita . Oleh sebab itu
bila dikompres dengan air dingin, yang terjadi bukannya suhu tubuh menurun
malah tubuh kita akan semakin tinggi suhunya. Selain itu karena kontak dengan air dingin maka
pembuluh darah yang kontak dengan sarung tangan pengusap badan akan menyempit
(vasokonstriksi) sehingga menyulitkan pengeluaran panas. Memang pada umumnya dengan kompres
dingin bisa sembuh dan dapat meringankan beban penderita akan tetapi
keefektifan pengobatannya masih kurang karena efeknya juga akan memberi masalah
pada system saraf penderita.
b.
Kompres Hangat
Sedangkan
pengobatan non konvensional atau cara modern yang diterapkan pada sakit demam
yaitu kompres hangat. Kompres hangat adalah suatu keadaan yang
dapat memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompres
hangat dapat memberikan efek yang baik pada penderita demam salah satunya yaitu
dapat menunkan suhu tubuh dengan baik. Selain itu kompres hangat memberikan
efek memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memberi rasa
hangat,nyaman dan tenang pada klien, memperlancar pengeluaran eksudat, dan merangsang
peristaltik usus. Kompres hangat digunakan untuk meningkatkan aliran
darah ke bagian yang terinjuri dan pusat pengatur suhu tubuh menerima informasi
bahwa suhu tubuh dalam kondisi hangat, oleh karena itu suhu tubuh butuh
membutuhkan penurunan suhu. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan
serangkaian mekanismeuntuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi
panas danmeningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap
(Smletzer, 2002).7 Pemberian
kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus melalui
sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas dihipotalamus
dirangsang, sistem effektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan
vasodilatasi perifer (Arikunto dan
Suharsini, 1998).1
Cara
pengobatannyapun tidak berbeda jauh dengan cara pengobatan kompres dingin. Cara
yang digunakan paling umum yaitu dengan menyediakan air hangat dengan suhu
sekitar 40o C di baskom dan handuk kecil, pertama lipat handuk kecil
menjadi beberapa bagian yang sekiranya cukup untuk ditempel lalu celupkan
lipatan handuk ke dalam baskom berisi air hangat dan jangan lupa di peras,
setelah itu dapat langsung ditempel dibagian tertentu (Nursalam
dan Pariani S, 2001).8
Kompres hangat penempatannya berbeda dengan kompres dingin yaitu tidak
ditempel dibagian dahi karena dapat menyebabkan pembuluh
darah di area tersebut mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala,
melainkan ditempel dibagian perut apabila penderita demam tidak memiliki usus
buntu, dan selain itu bisa juga
ditempelkan di bagian paha (Nursalam
dan Pariani S, 2001).8 Hal ini dilakukan secara berulang – ulang
apabila handuknya mulai mengering dan dilakukan secara terus menerus hingga
suhu tubuhnya menurun.
Untuk menghindari penggunaan handuk
dapat juga dengan tetap melakukan kompres hangat tetapi bahan yang berbeda,
yaitu dengan cara menyediakan botol kaca yang sudah steril lalu menuangkan air
panas atau air hangat ke dalam botol kaca sampai penuh lalu tutup dengan rapat.
Setelah itu tempelkan botol berisi air hangat tersebut dibagian perut bagi
penderita demam yang tidak mempunyai usus buntu atau dapat juga ditempel dipaha
lalu. Dalam penggunaan bahan botol tidak hanya ditempel saja akan tetapi
digulung – gulungkan dibagian tersebut dan dikondisikan masih dalam keadaan hangat hingga suhu tubuh menurun,
apabila airnya sudah mulai dingin maka harus diganti dengan air yang hangat
lagi. Agar lebih efektif maka kompres hangat dilakukan tidak lebih dari satu
jam agar kulit penderita tidak memerah dan tidak mengalami kerusakan jaringan.
Menurut saya kompres hangat lebih
memberikan pengaruh yang baik dan tidak memberikan efek samping yang berlebihan
karena dapat meminimalisir suhu tubuh penderita demam. Jika pada kompres dingin
menimbulkan rasa kaget pada sarafnya karena pemberian suhu dingin secara
langsung maka dengan adanya kompres hangat suhu tubuh penderita yang awalnya
tinggi (panas) dapat diimbangi dengan suhu kompres yang berada sedikit dibawah
derajat suhu panas penderita jadi lebih bisa memberikan kenetralan dan tidak
menimbulkan rasa kaget pada saraf dan juga karena adanya kontak dengan air hangat
maka pembuluh darah yang kontak dengan sarung tangan pengusap badan akan
sedikit membuka sehingga dapat mempermudah
pengeluaran panas pada tubuh penderita demam.
Dari penelitian dan pernyataan diatas
dapat disimpulkan bahwa pengobatan demam dengan menggunakan kompres dapat
memberikan pengaruh yang besar pada penderita demam. Meskipun banyak pengobatan
dengan cara herbal atau cara tradisional tetapi efek yang diberikan lebih lama
sedangkan kompres memberikan efek sedikit demi sedikit tetapi cara kerjanya
lebih cepat. Dan dari segi kepraktisan kompres memberikan cara yang lebih
praktis dibandingkan penggunaan obat herbal ataupun pengobatan lainnya.
Sedangkan kompres dapat dilakukan dengan kompres dingin dan kompres hangat.
Keduanya mempunyai tingkat kepraktisan yang sama dan penggunaan alat yang mudah
dicari.
Pada kompres dingin dapat memberikan
efek penyembuhan dimana saat proses pengeluaran panasnya masih sulit
dikarenakan adanya vasokontriksi atau penyempitan pada pembuluh darah dan
memberikan respon seperti rasa kaget pada sarafnya karena ketika suhu pada
kompres dingin maka pusat pegatur suhu akan menangkap sinyal secara tiba –
tiba. Jadi kompres dingin tidak memberikan penurunan suhu tubuh melainkan
menaikkan suhu tubuh.
Sedangkan kompres hangat memberikan efek
penyembuhan dengan proses pembesaran pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga
mudah dalam mengeluarkan panas. Cara kerjanya yaitu ketika reseptor pea
terhadap panas di hipotalamus melalui sumsum tulang belakang dirangsang dan
system efektor mengeluarkan sinyal yang mulai berkeringat dan adanya
vasodilatasi perifer.
Jadi
dilihat dari segi kecepatan reaksi dan kepraktisannya pengobatan dengan cara kompres
lebih cepat bekerja jika dibandingkan dengan pengobatan lainnya. Dan dilihat
dari segi keefektifannya penggunaan kompres hangat lebih memberikan kesembuhan
yang lebih efektif dan lebih mendukung
jika dibandingkan dengan penggunaan kompres dingin.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Arikunto dan Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
[internet]. Jakarta : PT. Rineka Cipta; 1998; diakses 12 Desember 2013.
Dari : http://askep45kesehatan.com/2011/05/efektifitas-kompres-panas-dan-dingin.html
2. Bouwhuizen M. Ilmu
Keperawatan. Bagian ke 2. Jakarta:EGC;1986.
3. Craft Martha dan Smith
Kelly. Nanda Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Yogyakarta:Digna
Pustaka;2010. P. 45.
4. Huda Nurarif Amin dan
Kusuma Hardhi. Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC – NOC. Jilid I. Yogyakarta: Mediaction;2013. P. 156.
5. Bouwhuizen M. Ilmu
Keperawatan. Bagian ke 1. Jakarta:EGC;1986
6.
R Hegner Barbara dan Caldwell Esther. Asisten Keperawatan Suatu
Pendekatan Proses Perawatan [internet]. Edisi ke 6. Jakarta:EGC;1992; diakses
pada 13 Desember 2013. Dari : http://books.google.co.id/books?id=QczL68jZF8AC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
7. Smletzer,
S. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta :EGC;2002.
8. Nursalam
dan Pariani S. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV;2001.